Generasi milenial merupakan
generasi yang sangat berkebalikan dengan generasi di atasnya. Jika generasi
milenial sudah melek dan setiap saat menggunakan teknologi, generasi di atasnya
masih mengalami kesulitan dalam mengikuti perkembangan jaman yang kini,
segalanya menggunakan teknologi untuk menopang kehidupan.
Namun dengan demikian, kemajuan
teknologi dan kehidupan generasi milenial menimbulkan banyak kontroversi dan
pemikiran yang berbeda-beda bagi sekelompok orang. Munculnya perbedaan
pemikiran ini disebabkan oleh kebiasaan generasi milenial dalam menggunakan
teknologi yang dianggap lebih banyak tidak memberikan manfaat, hanya
buang-buang waktu saja, dan membuat generasi milenial kurang bersosialisasi
secara real dengan masyarakat
sekitarnya. Hal ini menimbulkan anggapan bahwa generasi milenial lebih bersifat
egosentris dan memiliki kepedulian sosial yang rendah.
Namun jika ditelusuri dengan
lebih cermat, adanya teknologi dan media sosial bisa dijadikan sebagai sarana
belajar yang lebih baik, terlebih jika generasi milenial mampu memanfaatkan
waktu dan memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan diri mereka masing-masing.
Sebagai contoh dalam kehidupan nyata, kini dengan adanya media sosial YouTube,
orang akan berlomba-lomba untuk membuat konten sekreatif mungkin, mencari
banyak subscriber dan viewer yang nantinya dapat mereka
gunakan untuk memonetisasi dirinya.
Selain itu, dengan adanya media
sosial Instagram, generasi milenial juga memanfaatkan hal tersebut untuk
berusaha menjadi popular dengan cara memberikan konten yang bersifat positif,
menghasilkan karya yang menarik untuk dipublikasikan (dalam hal ini hasil kretivitas
foto dan video yang mereka unggah), bahkan kini munculnya artis-artis endorse yang sebagian besar berasal dari
generasi milenial. Hal-hal tersebut menghasilkan banyak manfaat selain karena
kreativitas, juga dengan adanya hal ini uang bisa dihasilkan dengan lebih
mudah.
Banyak sekali digital skill yang bisa terbentuk dengan
adanya teknologi dan media sosial. Dengan adanya hal tersebut, kita bisa
belajar secara otodidak untuk membuat konten yang kreatif, seperti membuat
komik atau meme yang lebih mampu untuk menyampaikan pesan, membuat video dimana
dalam hal ini orang harus belajar bagaimana teknik pengambilan video yang baik
dan cara editing agar hasilnya
menarik, dan banyak keterampilan lain yang bisa dipelajari.
Generasi milenial juga mampu
mengembangkan pola pikir mereka. Dengan adanya sosial media,
informasi-informasi mengenai perlombaan atau kompetisi akan lebih mudah
tersebar secara luar. Oleh sebab itu, dengan mereka berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan tersebut akan menambah knowledge
dan pengalaman mereka.
Selain itu, dalam hal bisnis,
hadirnya teknologi dan media sosial ini juga menjadi sebuah alat yang sangat
mendukung keberlangsungannya. Kita lihat saja di era ini bahwa cara pemasaran
konvensional sudah jarang digunakan dan lebih sering menggunakan online advertisement yang memanfaatkan
adanya teknologi. Bahkan kini, toko-toko online
dan marketplace online sudah semakin
banyak dan kepercayaan orang akan online
store sudah semakin meningkat. Maka dari itu, kini terbuksi bahwa telah
banyak startup muda yang menjalankan
bisnisnya dengan memanfaatkan teknologi.
Oleh karena itu, teknologi dan
media sosial tidak selalu dinilai sebagai hal yang negatif. Hal ini sangat
tergantung pada bagaimana orang memanfaatkan teknologi tersebut. Justru dengan
adanya teknologi, generasi milenial menggunakannya sebagai sebuah alat
bagi mereka untuk belajar lebih banyak,
mulai dari belajar grafis, konten, marketing
hingga belajar bisnis yang dapat dengan mudah mereka pelajari sendiri jika
mereka menyadari dengan baik akan manfaat teknologi.
Memang segala hal memiliki dua
sisi, ada sisi negatif dan positifnya. Seperti halnya teknologi yang dinilai
membuat orang semakin malas untuk melakukan sesuatu. Begitu pula dengan media
sosial yang dianggap membuat orang menjadi anti sosial di dunia nyata dan
bersifat lebih egosentris. Namun semua hal ini tergantung pada bagaimana kita
menyikapi, menggunakan dan memanfaatkannya. Sebaiknya bagi kita, jadikan
teknologi dan media sosial sebagai alat untuk belajar, untuk berinteraksi,
sebagai forum untuk berdiskusi dan menambah wawasan untuk berkreativitas.
(Elisabet Erika Rian Paramastri)
0 comments:
Post a Comment