Ekonomi di zaman ini telah
bergeser menjadi ekonomi yang kolaboratif. Tidak ada lagi kekayaan yang
dikuasai oleh perseorangan saja. Dalam hal collaborative economy, kemampuan
untuk bekerja sama dalam hal sumber daya merupakan modal yang cukup penting untuk
mampu bersaing di dalam perekonomian.
Ada banyak ulasan jika kita
mencari segala hal mengenai ekonomi kolaboratif. Menurut Rachel Bostman,
pemikir collaborative economy, mendefinisikan collaborative economy dengan, “business
model based on horizontal network and participation of a community.” Maka
menurut Bostman, di dalam ekonomi kolaboratif ini terdapat jejaring horizontal,
partisipasi, distribusi kekuasaan dan kepercayaan dan kuncinya yaitu tidak
adanya batas yang jelas antara produsen dan konsumen. Hal ini berarti bahwa
dalam ekonomi kolaboratif, seorang konsumen dapat pula menjadi produsen.
Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Berikut ini adalah contoh-contoh yang berkenaan dengan collaborative economy.
Jika kita bepergian ke luar negeri, dulu, sesampainya kita di bandara, hal yang
kita lakukan adalah untuk mencari taksi, kemudian pergi ke hotel atau mungkin
makan malam terlebih dahulu.
Namun kini collaborative economy
mengatasi hal-hal tersebut. Sekarang telah muncul revolusi model bisnis yang
baru yang dimulai karena adanya ekonomi digital yang memacu ekonomi
kolaboratif. Ketika kita bepergian ke luar negeri, sesampainya di bandara, kita
dapat memanfaatkan adanya teknologi misalnya dengan aplikasi Lyft. Aplikasi ini
memungkinkan memesan layanan dengan mobil-mobil pribadi yang dimanfaatkan
orang-orang sebagai “taksi”, kemudian untuk mendapatkan tempat menginap, kita
dapat memanfaatkan aplikasi AirBnb. Hal ini merupakan e-marketplace dimana
pemilik rumah dapat menawarkan rumahnya untuk dijadikan tempat menginap. Semua hal ini dapat terjadi dengan adanya
transformasi teknologi dan internet.
Konsep collaborative economy ini
cukup sederhana. Yaitu konsumen mampu mendapatkan apapun yang mereka butuhkan
dari satu sama lain (peer to peer) bukan hanya melalui perusahaan besar saja.
Selain beberapa contoh diatas,
berikut ini adalah beberapa fenomena yang menunjukkan mengenai collaborative
economy yang dapat dilihat pada perkembangan berikut ini.
The sharing economy atau Collaborative
Consumption
Collaborative
consumption merupakan suatu model ekonomi yang didasarkan pada pembagian,
pertukaran, penjualan, peminjaman, pemberian, atau penyewaan akses terhadap
suatu produk tanpa membeli untuk produk tersebut secaraa sepenuhnya.
Ada 3 cara yang
memungkinkan collaborative consumption ini dapat terjadi yang meliputi:
1. Jaringan redistribusi.
Inti dari hal ini adalah mendistribusikan ulang barang-barang bekas. Contohnya
yaitu e-Bay yang merupakan pelopor dalam teknologi ini.
2. Sistem
layanan produk. Sistem ini memungkinkan konsumen untuk berbagi kepemilikan
dan biaya-biaya yang berkenaan dengan produk tersebut. Contohnya yaitu
sewa-menyewa.
3. Gaya
hidup kolaboratif. Hal ini merupakan sistem dimana konsumen dapat saling
menukar asset non-produk, misalnya waktu, ruang atau keahlian. Contohnya
penggunaan forum-forum diskusi untuk saling menawarkan jasa dan keahlian yang
dapat dimanfaatkan oleh peserta lain.
·
Crowdfunding dan Person-to-person banking
Crowdfunding dan
person-to-person banking memungkinkan sirkulasi modal antar individu untuk
mendanai proyek-proyek kreatif, sosial dan kewirausahaan.
· Open Knowledge
Open knowledge
memungkinkan semua orang untuk secara bebas memakai, menggunakan kembali dan
mendistribusikan pengetahuan seperti konten, data, kode atau desain. Prinsip
ini adalah dasar dari commons-based peer production seperti free software,
creative commons, open science dan sebagainya.
· Makers, Open Design, dan Manufacturing
Open design dan
manufacturing membebaskan proses merancang, memproduksi dan mendistribusikan
barang fisik dengan mengkombinasikan open knowledge dan infrastruktur yang
terdistribusi. Hal ini mengandalkan alat, ruang, komunitas dan marketplace.
0 comments:
Post a Comment