Hingga masa kini, dunia telah
mengalami berbagai fase perkembangan sistem ekonomi. Dimulai dari sistem
ekonomi industri hingga era ekonomi modern yang dimulai dari penemuan internet
pada tahun 2000an. Dan saat ini telah memasuki era ekonomi digital yang
memunculkan istilah sharing economy. Wikipedia
mendefinisikan sharing economic yaitu “a sharing economy can take variety of
forms, including using information technology to provide individuals,
corporations, non-profits, and government with information that enables
distribution, sharing and reuse of excess capacity in goods and services.”
Sharing economy merupakan sebuah
konsep yang bersifat peer-to-peer. Yaitu dimana seseorang bisa menjadi konsumen
dan produsen di dalam waktu yang bersamaan bagi individu lainnya. Secara
akademis, sharing economy merupakan model dimana individu dapat meminjam atau
menyewa asset yang dimiliki oleh orang lain. Jadi dalam sistem ekonomi ini,
kita dapat meningkatkan utilisasi asset secara maksimal. Sharing economy ini
membutuhkan koneksi internet untuk mempertemukan adanya supply dan demand.
Dengan adanya sharing economy
ini, maka dapat memotong kebutuhan kita terhadap kebutuhan yang kita perlukan
tanpa harus membeli barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Contohnya
adalah dengan adanya Netflix, kita bisa menonton film tanpa perlu pergi ke
bioskop atau membeli kaset DVD dari film yang ingin kita tonton. Adanya sharing
economy memberikan pilihan cara bagi customer untuk memenuhi kebutuhannya
secara langsung.
Namun, fenomena sharing economy
ini juga memberikan dampak yang buruk. Dampak buruk yang paling dapat dirasakan
adalah pada perusahaan. Sebagai contoh atas adanya Netflix tadi yaitu karena
customer tidak perlu membeli kaset DVD atas serial film yang ingin ditonton,
maka dapat menurunkan penjualan bagi perusahaan yang menjual kaset DVD, serta
dapat menurunkan penjualan perusahaan bioskop pula karena sistem sharing
economy ini memungkinkan customer untuk lebih memilih mengutilisasi atau
memanfaatkan asset yang sudah ada tanpa harus membeli lagi.
Di Indonesia pun sudah banyak
adanya bisnis sharing economy dalam berbagai bidang. Sebagai contoh, yaitu
adanya Netflix, iTunes, dan Spotify dalam bidang hiburan. Adanya
aplikasi-aplikasi berita online seperti detik.com, kompas.com dalam bidang
berita dan informasi. Adanya tiket.com dan traveloka, dalam bidang pemesanan
tiket. Serta adanya Uber, Grab, dan GO-JEK dalam bidang transportasi.
Dalam artikel ini akan dibahas
mengenai model bisnis of sharing dalam bidang transportasi yaitu dengan
mengambil contoh GO-JEK.
GO-JEK merupakan sebuah
perusahaan teknologi yang berasal dari Indonesia yang melayani angkutan melalui
jasa ojek. Perusahaan ini mulai berdiri pada tahun 2010 di Jakarta yang
didirikan oleh Nadiem Makarim yang kini menjabat sebagai CEO GO-JEK. Layanan
GO-JEK ini tersedia di wilayah Jabodetabek, Bali, Bandung, Surabaya, Makassar,
Medan, Palembang, Semarang, Solo, Malang, Yogyakarta, Balikpapan, dan Manado.
Adanya perusahaan jasa
transportasi GO-JEK ini sempat menimbulkan kontroversi. Lebih banyaknya
pengguna jasa GO-JEK dari pada ojek konvensional menimbulkan adanya kecemburuan
di antara tukang ojek pangkalan.
GO-JEK merupakan e-service atau
sebuah perusahaan yang menyediakan jasa transportasi kepada pelanggan dengan
memanfaatkan teknologi elektronik. Perusahaan ini memanfaatkan e-procurement
dengan menggunakan buy-side market model. Perusahaan menerapkan model ini
karena kita sebagai pelanggan tidak dapat memilih sendiri driver yang akan
mengantarkan kita ke tempat tujuan.
GO-JEK juga sudah menerapkan
sistem e-business pada proses marketingnya. E-marketing yang dilakukan oleh
perusahaan ini adalah dengan cara memasang flyer di website perusahaan, mitra
kerja, sosial media, dan segala bentuk media elektronik lainnya. Selain itu,
GO-JEK juga telah memasang video iklan di situs Youtube dimana jika orang
menekan atau melakukan klik atas iklan tersebut maka akan langsung masuk ke
website perusahaan.
GO-JEK mengembangkan satu jenis
e-commerce yaitu business to customer yang dilakukan dengan cara personal
online booking. Fitur e-commerce yang ditawarkan GO-JEK ini cukup lengkap bila
dibandingkan dengan fitur transportasi lainnya. Sebagai contoh, berikut ini
adalah beberapa fitur-fitur yang terdapat pada GO-JEK yang meliputi:
·
Instant Courier
Merupakan jasa
pengiriman barang. Aplikasi ini bisa dimanfaatkan sebagai pengiriman barang
secara real-time dengan biaya bayar yang sesuai dengan jarak tempuh yang secara
otomatis sudah ditampilkan pada aplikasinya.
·
Transportasi
Merupakan jasa
transportasi, GO-JEK dapat dimanfaatkan sebagai media transportasi ketika kita
mengalami kesulitan dalam mencari transportasi public.
·
Food Delivery
Merupakan jasa
pengiriman makanan, dengan adanya layanan ini, kita dapat memesan makanan yang
kita inginkan tanpa harus pergi ke tempat tersebut.
·
Shopping
Merupakan jasa
belanja. GO-JEK dapat membantu untuk berbelanja dengan cara memberikan detail
barang-barang yang ingin kita beli.
E-contracting atau kontrak atas
pembeli dan penjual yang diterapkan pada aplikasi GO-JEK terjadi ketika
pengguna telah melakukan pemesanan dan menyetujui atas semua ketentuan yang
berlaku. E-contracting ini dapat ditandai saat kita telah meng-klik order untuk
menerima layanan GO-JEK.
Distribusi layanan GO-JEK
tersedia di berbagai kota di Indonesia, seperti yang telah disebutkan di awal
yaitu di wilayah Jabodetabek, Bali, Bandung, Surabaya, Makassar, Medan,
Palembang, Semarang, Solo, Malang, Yogyakarta, Balikpapan, dan Manado. Pengguna
dapat dengan mudah mendapatkan layanan atas aplikasi ini jika user berada di
wilayah kota tersebut.
Pembayaran pada aplikasi ini dapat
dilakukan dengan banyak cara. GO-JEK memungkinkan pengguna untuk membayar
secara tunai atau cash. Selain itu, GO-JEK juga memiliki fitur GO-PAY, yaitu
fitur yang memungkinkan customer untuk melakukan e-payment atas jasa layanan
GO-JEK yaitu dengan cara melakukan top-up atau isi saldo pada aplikasi dengan
cara transfer sejumlah uang ke aplikasi ini untuk nantinya customer dapat
membayar tanpa uang cash. Jika customer melakukan pembayaran dengan fitur
GO-PAY, maka secara otomatis akan memotong saldo yang tersimpan di akun kita
pada aplikasi ini. Kelebihan jika customer menggunakan fitur ini adalah adanya
potongan harga.
Sebagai sebuah perusahaan, GO-JEK
juga mempunyai Customer Relationship Management (CRM). CRM merupakan sebuah
teknologi informasi untuk menciptakan cross-functional enterprise system yang
di dalamnya mengintegrasikan dan mengotomatisasi proses layanan pelanggan dalam
bidang penjualan, pemasaran, dan layanan produk atau jasa yang berkaitan dengan
perusahaan.
GO-JEK menerapkan strategi sistem
informasi marketing melalui tiga tahapan yang disebut customer life cycle.
Tahapan tersebut meliputi:
1. Acquire,
yaitu mendapatkan pelanggan menggunakan teknik direct marketing dengan cara
promosi langsung melalui media sosial.
2. Enhance,
yaitu menambah pelanggan menggunakan teknik cross sell dan up sell yaitu
bekerja sama dengan mitra perusahaan yang menggunakan layanan GO-JEK sehingga
nantinya dapat menambah pelanggan baru.
3. Retain,
yaitu mempertahankan pelanggan atau loyal customer menggunakan teknik customer
support dengan cara perusahaan menanggapi keluhan dan keinginan customer.
CRM berkaitan dengan kegiatan
penjualan terpadu, marketing dan strategi pelayanan kepada pelannggan. GO-JEK
menerapkan e-CRM dengan cara menggunakan layanan aplikasi dan website pelanggan
yang ada saat ini untuk dapat meningkatkan pendapatan perusahaan melalui
penjualan jasa layanan, memberikan layanan prima, dan memperkenalkan tata cara
transaksi.
Kegiatan yang berhubungan dengan e-CRM
atas perusahaan ini adalah dengan adanya penggunaan sistem informasi (website)
yang bisa diakses oleh semua kalangan tanpa adanya batasan, mulai dari penyediaan
informasi perusahaan, produk, forum diskusi antara pelanggan dengan pihak
manajemen sampai pada proses pemesanan.
0 comments:
Post a Comment