http://www.cetmas.com/
Aku menatap kalung salib yang tergantung di leherku, menatapnya terus menerus tanpa henti kemudian mengelusnya sesekali. Ya Tuhan… Aku mencintai-Mu dan tak mungkin bagiku untuk meninggalkan seluruh ajaran-Mu yang telah kuyakini sejak aku terlahir di dunia ini. Namun, disisi yang lain, aku juga berpikir mengenai masa depan hidupku bersama seseorang yang begitu kucintai pula.
Aku untuk kamu, kamu untuk aku. Namun, semua apa mungkin? Iman kita yang berbeda… Tuhan memang satu, kita yang tak sama. Haruskan aku lantas pergi? Meski cinta takkan bisa pergi… Lagu Peri Cintaku milik Marcell terus mengalun dengan lembut di iPod milikku. Lagu itu dinyanyikan dengan indah oleh penyanyinya. Namun tidak dengan maknanya yang sarat akan kesedihan yang mendalam. Tentang kisah sepasang kekasih yang saling mencintai namun harus dihadapkan oleh benteng yang tinggi dan kuat diantara kedua orang tersebut yang bahkan sulit untuk diruntuhkan. Keberadaan benteng itu benar-benar telah menjadi penghalang akan kisah mereka berdua. Bukankah itu sungguh menyedihkan? Ya, itu amat menyedihkan, namun seperti itu pula yang kurasa.
Tuhan… aku mencintai lelaki itu sepenuhnya. Namun, dengan keyakinan yang berbeda, akankah Engkau merestui cinta kita?
http://lifestyle.okezone.com/
Ya, aku memang mencintainya. Itulah alasan mengapa dahulu kala aku memilihnya sebagai pendamping hidupku. Walaupun kenyataannya, keyakinan yang berbeda membuatku sedikit ragu akan keputusanku tentang memilih dirinya sebagai teman hidup yang akan terus mendampingiku hingga pada masa datang dan kuharap selamanya.
Aku tahu bahwa cinta adalah anugerah. Ya, anugerah. Yang ku artikan sebagai sebuah kado yang teristimewa dari Tuhan. Oleh alasan itu pula lah yang memberiku kekuatan bahwa aku mampu melanjutkan kisah kasihku ini. Dan, memang… bahwa anugerah ini sungguhlah istimewa. Yang kurasakan selama ini bersamanya adalah sungguh indah. Cinta yang selalu mengalir tanpa henti bagai udara yang selalu mampu kita hirup walaupun kita tertidur dan menutup mata. Begitu pula yang kurasakan, cinta dari seorang lelaki yang kusebut anugerah yang selalu ada dikala apapun.
Namun kenyataannya, dibalik semua keindahan ini, terbesitlah luka dan rasa takut yang mendalam. Jujur, aku takut. Takut bahwa Sang Maha Kuasa hanya mempertemukan kami berdua sebagai sebuah pelajaran dan tidak memberikan restu kepada kami untuk dipersatukan secara utuh.
Tuhan… Akankah baik-baik saja jika aku terus melanjutkan kisah kasih kami berdua?
www.ummi-online.com
Aku memang merasakan kasih yang mendalam oleh seorang pria kepada wanita di masa-masa indah ini. Ya, masa-masa pacaran kami berdua. Kami berdua sama-sama saling berusaha untuk mencari titik temu atas benteng kuat yang memisahkan kami. Benar… melanjutkan ke jenjang hubungan yang lebih tinggi adalah tujuan pacaran kami. Namun aku masih tak tahu. Apa yang harus kulakukan atas benteng pemisah kami?
Aku ingin melanjutkan ke tingkat hubungan kami yang lebih serius. Lebih tepatnya, kami berdua sama-sama ingin naik tingkat ke pernikahan. Namun… mampukah kami? Aku belum siap untuk menghadapi benteng-benteng selanjutnya. Dengan benteng yang satu ini pun, masih membuatku sungguh ragu. Apalagi dengan pernikahan? Aku takut jika sikapnya tak lagi semanis dan seindah di kala pacaran, yang dirinya mampu mengalah di dalam banyak hal. Namun, di dalam bahtera rumah tangga dengan cara-cara kita yang berbeda, masihkan kita mampu saling mengendalikan keseimbangan? Aku ketakutan dalam keyakinan kita yang berbeda ini, mampukan kita bertahan dalam segala hal?
Tuhan… Aku hanyalah manusia biasa yang mampu hilang arah. Mampukah Engkau menunjukkan jalan terbaik bagi kami berdua?
milamgustiani.blogspot.com
Tuhanku, aku tak ingin hilang arah dan jauh dari-Mu. Meninggalkan-Mu bukanlah suatu hal yang pernah terbesit dipikiranku. Dan aku pun, tak akan pernah melakukan hal itu. Bagaimana bisa aku meninggalkan jalan hidupku yang telah menjadi pilihanku sejak sedia kala…
Aku memohon pada-Mu. Kumohon untuk sebuah jalan terang atas kami berdua. Sebuah jalan yang membawa kebaikan bagi kami. Mungkin sebuah tingkatan yang lanjut dari suatu hubungan tanpa harus mengorbankan Engkau? Dapatkan itu? Atau mungkin… sebuah perpisahan atas kami jika Engkau memang hubungan kasih kami diluar kehendak-Mu. Namun, apapun itu, kumohon untuk yang terbaik.
Bagaimana jika memang perpisahan adalah yang terbaik? Tidak, aku memang tidak pernah menginginkan hal itu. Namun, seperti sedia kala, kehendak-Mu lah yang terbaik. Jika memang perpisahan, aku akan berusaha sebaik mungkin menerima, mengikhlaskan. Bukankah Engkau mengajariku untuk selalu tulus dan ikhlas dalam segala sesuatu? Maka, aku akan berusaha. Lagipula, aku pun tahu bahwa Tuhan akan selalu mencintai umat-Nya, apapun dan bagaimanapun keadaannya. Aku juga tahu bahwa Tuhan memberikan kita pelajaran karena Ia tahu bahwa kita mampu melewatinya. Lagipula, kutahu bahwa Ia tidak adan menguji umat-Nya melebihi kemampuannya. Maka bagaimanapun kehendak-Mu itu, adalah yang terbaik bagiku. Dan kuharap, bagi kami berdua.
0 comments:
Post a Comment